Minggu, 30 Oktober 2011

Asal Usul Gunung Rokatenda : Sebuah Mitos Palu'e[1]



Gunung Rokatenda  diyakini oleh sebagian warga Palue sebagai tempat bermukimnya para leluhur atau tempat kehidupan yang baru bagi manusia yang telah dipanggil oleh Sang Pencipta.[2]Pada zaman dahulu kala Gunung Rokatenda bukanlah sebuah gunung apalagi sebuah gunung berapi. Akan tetapi, tempat itu adalah sebuah komo ca atau sebuah danau besar tempat mandinya para Anjo ‘bidadari’. Di tempat ini pula, Ratu[3] yang merupakan salah seorang keturunan dari tanah asal tersebut melangsungkan pertapaan untuk menyucikan diri agar terhindar dari godaan berbuat segala yang jahat.
Ratu adalah seorang pemuda yang terkenal sangat tampan, rupawan, serta lemah-lembut. Dalam menjalani pertapaan inilah Ratu mendapatkan banyak ujian dan godaan.  Ketika ia sedang bertapa, datanglah para anjo untuk mandi. Melihat ada seorang pemuda tampan yang sedang menjalani tapa, salah seorang anjo diam-diam menyimpan rasa kagumnya dalam hati. Diam-diam, anjo yang bernama Sali Molo ‘nirmala/bersih sejati’ tersebut mendekati dan menggoda Ratu yang sedang bertapa. Ratu menganggap kehadiran Sali Molo sebagai salah satu bentuk godaan dan ujian sehingga ia tidak menggubris semua godaan tersebut. Sali Molo teramat kagum melihat ketampanan Ratu sehingga ia nekat memeluk dan membelai Ratu dan melupakan keberadaannya sebagai seorang anjo ‘bidadari’.
Penguasa Alam yang mengetahui perbuatan nekat Sali Molo menjadi amat murka. Saat itulah, muncul sebuah suara yang bergema dan berwibawa. Suara itu berujar “Hai manusia yang penuh hawa nafsu karena keinginanmulah maka kau akan menjadi manusia bumi. Namamu, Sali Molo, akan terpanggil orang sebagai Sali yang artinya terbuang. Sementara kau manusia tegar yang mencari penyucian diri, tarikmu telah menodai tempat ini.  Untuk itu, daya tarikmu akan Kuubah menjadi sesuatu yang ditakuti manusia. Sejak hari ini, seluruh tubuhmu akan berbulu menyerupai rambut. Namun, kebaikan hatimu akan menjadi buah bibir penduduk tanah ini. Tempat indah yang telah ternodai ini akan menjadi sebuah gunung berapi yang akan menjadi pengingat bagi penduduk di sini akan kekotorannya dan untuk mengenang peristiwa hari ini. Terjadilah semuanya seperti yang telah keluar dari perkataanku”.
Segala sesuatu yang telah dikatakan Sang Penguasa Alam pun terjadi. Setelah mendengar suara itu, Ratu membuka matanya dan melihat semuanya terjadi seperti apa yang telah didengarnya.  Ratu melihat seorang perempuan yang ada di sampingnya lalu berkata, “Pergilah dan jalanilah seperti apa yang telah kau dengar. Aku akan tetap hidup di sini bersama saudaraku si Gunung Baru”. Danau indah yang dulu dikenal sebagai Rokatenda berubah sebutannya menjadi Gunung Rokatenda. Dalam rangkaian dua bersaudara, Ratu Rembu dan Ratu Rokatenda akan terus dikenang. Dan Sali yang telah bertukar kehidupan, pergi ke utara dan menetap di sana yang sekarang dikenal dengan kampung Sali. Demikian kisah terjadinya Gunung Rokatenda.       
Sumber: Thomas Teki


[1] Memiliki arti yang membinasakan. Perlindungan dari rencana jahat.
[2] Seperti penuturan dari salah satu warga desa Rokirole yaitu Bapak Joseph Lise Alm., beliau pernah meninggal dunia selama tiga hari. Beliau hampir dikuburkan namun saat itu dia bangun dari mati surinya. Beliau mengisahkan tentang kehidupan setelah mati yang dialaminya selama tiga hari dua malam. Di saat itulah beliau mengalami penjemputan oleh penghuni Gunung Rokatenda. Beliau melihat bahwa Gunung Rokatenda adalah sebuah kerajaan yang besar, damai, dan indah. Di sana juga ada tingkatan kedudukan kepemimpinan untuk mengatur kelompok, suku, hingga kursi tertinggi.
[3] (dalam bahasa Palue) berarti Raja.

3 komentar: